Rabu, 09 September 2015

TEMBOK YANG BERDARAH

Kali ini aku ingin menuangkan sebuah tulisan yang menurut pendapatku tentang makna dari “Tembok Yang Berdarah” disini kenapa aku menamakannya tambok yang berdarah.
Ia hidup, ia bernyawa, ia memiliki organ dan indra yang lengkap namun ia bisu akan perasaan dan diam akan kericuan yang terjadi di depannya. Disini aku merasakan bahwa aku bicara, bersama dengan tembok yang berdarah. Kenapa kebanyakan dari mereka semua adalah orang yang peka’ atau tuli di bandingkan dengan orang yang peka ?
Begitu sulitnya tembok itu untuk bicara sebentar dan menanyakan “Ada apa?” “kenapa?” terjadinya kericuan itu.. menangis, marah, atau merasa bersalahkah ketika banyak orang yang merasa tersakiti akan keberadaannya? Ini tidak untuk “tembok yang berdarah” itu sama sekali tidak.
Sifat dan sikap diamnya itu sering kali membuat orang salah paham dan tak mengerti akan kepolosan atau ke kotorannya yang terlihat terlukis di badannya.

Backgroun cat-nya yang indah, namun kualitas cat-nya yang belum kita ketahui, sebelum kita memakainya dan memperhatikan berapa lama keindahan itu bertahan. Tapi sungguh kita sering tertipu akan cassing yang mereka tunjukan? Benar tidak?
Di ibarakan, dan andai kata tembok berdarah ini adalah seorang pria yang sedikit akan perasaan atau ekspresi yang harusnya ia ungkapkan agar orang mengetahuinya. Seorang pria yang mana sikap dan pesona yang ia tunjukan tak sesuai dengan harapan kita. Tak tahu dan tak mau untuk bertindak.


“Aku hidup tapi tak bisa kalian rasakan, aku nyata tapi aku tak bisa menyatakan, dan aku terlihat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar